Rabu, 15 Agustus 2012

Analisis Implikatur Iklan Djarum 76 Versi Kontes Jin


ANALISIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN IKLAN DJARUM 76 VERSI KONTES JIN


 









Disusun sebagai nilai Uji Kompetensi Mata Kuliah Pragmatik
Dosen Penganpu: Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum.
Oleh
Nur Hady Eko Setiawan
K 1209050

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

ANALISIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM IKLAN
DJARUM 76 VERSI KONTES JIN

Oleh: Nur Hady Eko Setiawan

ABSTRAK
Iklan djarum 76 seringkli muncul dengan berbagai versi yang mampu menarik perhatian dan canda tawa kepada penikmat media massa.  Percakapan yang disampaikan oleh pemain-pemainnya seringkali memunculkan suatu makna atau maksud dibalik tuturan tersebut. Implikatur percakapan sering muncul apabila seorang penikmat media massa iklan djarum76 mengetahui dan memahami perkembangan masalah publik yang sedang hangat diperbincangkan. Kesamaan repotoar menjadi jembatan penghubung tersampaikannya implikatur dari iklan djarum 76 versi kontes jin. Oleh karena itu, pemahaman terhadap implikatur akan memperlancar komunikasi publik pada media iklan djarum 76 versi kontes jin.
Kata kunci : kesamaan reportoar, implikatur percakapan, iklan djarum 76 versi kontes jin.

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan suatu alat yang paling utama untuk berkomunikasi antar manusia. Dengan kata lain, manusia akan sangat tergantung sekali pada suatu bahasa dan mengingat juga bahwa manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dalam hal ini tentulah antar manusia akan terjadi suatu interaksi (komunikasi) untuk berbagai tujuan.
Bahasa yang digunakan oleh manusia bukanlah bahasa yang statis, tetapi bahasa yang selalu berkembang sesuai kebutuhan manusia sebagai penggunanya. Berbagai fenomena yang muncul di dalam kehidupan praktis akan berpengaruh besar terhadap suatu bahasa. Sering kali kaidah-kaidah bahasa yang disepakati mengalami stagnasi menghadapi fenomena penggunaan bahasa pada tataran praktis.
Pengkajian suatu bahasa pada tataran struktural saja sering kali tidak menghasilkan suatu kajian yang maksimal. Kondisi praktis penggunaan bahasa sering kali keluar dari kaidah-kaidah struktural, tetapi proses komunikasi yang terjadi tidak menemui suatu kendala dan justru menghasilkan suatu komunikasi yang lebih efektif dan efisien. Hal itulah yang mendorong suatu kajian terhadap suatu bahasa tidak hanya dari sudut pandang struktural saja, melainkan harus dikaitkan dengan aspek-aspek di luar struktur bahasa.
Salah satu kajian bahasa yang mampu mengakomodasi aspek-aspek di luar bahasa dalam pengkajiannya adalah pragmatik maupun analisis wacana. Dalam dua bidang kajian ini, pengkajian suatu bahasa dengan melibatkan aspek-aspek luar bahasa yang turut serta mamberi makna dalam suatu komunikasi. Melibatkan aspek-aspek di luar bahasa sangatlah tepat ketika melihat fenomena penggunaan bahasa pada tataran praktis yang cukup beragam.
Percakapan pada hakikatnya adalah peristiwa berbahasa lisan antara dua orang partisipan atau lebih yang pada umumnya terjadi dalam suasana santai. Percakapan merupakan wadah yang memungkinkan terwujudnya prinsip-prinsip kerjasama dan sopan santun dalam peristiwa berbahasa. Untuk itu perlu memahami implikatur percakapan, agar apa yang diucapkan dapat dipahami oleh lawan tutur.
Salah satu bagian dari kajian pragmatik adalah implikatur percakapan. Dalam suatu komunikasi, di dalamnya dapat dipastikan akan terjadi suatu percakapan. Percakapan yang terjadi antar pelibat sering kali mengandung maksud-maksud tertentu yang berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan. Dalam kondisi tersebut suatu penggunaan bahasa sering kali mempunyai maksud-maksud yang tersembunyi di balik penggunaan bahasa secara struktural. Pada kondisi seperti itulah suatu kajian implikatur percakapan mempunyai peran yang tepat untuk mengkaji suatu penggunaan bahasa.
Pada iklan yang ditayangkan di televisi pastilah mengandung faktor-faktor yang mampu mempengaruhi penonton sehingga timbul kesepahaman makna. Faktor-faktor yang saling mendekatkan antara pemeran dan penonton tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap berlangsungnya proses komunikasi di dalam tayangan iklan. Dalam makalah ini akan dipaparkan suatu kajian implikatur percakapan yang terjadi di dalam Djarum 76 versi kontes jin.
Dalam iklan Djarum 76 versi kontes jin tersebut sering sekali muncul suatu percakapan yang mengandung maksud-maksud tertentu yang terkadang berbeda dengan apa yang terkandung dalam pertuturan yang muncul. Dalam hal ini pengkajian dari sudut implikatur percakapan dimungkinkan dapat memperjelas proses komunikasi yang terjadi. Oleh karena itu, peneliti akan mengkaji lebih mendalam mengenai implikatur iklan Djarum 76 versi Kontes Jin.





KAJIAN TEORI
Implikatur merupakan salah satu bagian dalam pragmatik. Berkaitan dengan pengertian, berikut beberapa pengertian tentang implikatur yang dikemukakan oleh ahli-ahli bahasa. Menurut Brown dan Yule (1996 : 31) istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh penutur. Pendapat itu bertumpu pada suatu makna yang berbeda dengan makna tuturan secara harfiah.
Senada dengan pendapat itu, Grice, H.P., menunjukkan bahwa sebuah implikatur merupakan sebuah proposisi yang diimplikasikan melalui ujaran dari sebuah kalimat dalam suatu konteks, sekalipun proposisi itu sendiri bukan suatu 3 bagian dari hal yang dinyatakan sebelumnya (Gazdar, 1979:38). HampIr sama dengan pendapat Brown dan Yule, tetapi Grice mencoba mengaitkan suatu konteks yang melingkupi suatu tuturan yang turut memberi makna. Lebih singkat lagi, Grice, H.P (Suyono, 1990:14) mengatakan implikatur percakapan sebagai salah satu aspek kajian pragmatik yang perhatian utamanya adalah mempelajari ‘maksud suatu ucapan’ sesuai dengan konteksnya. Implikatur cakapan dipakai untuk menerangkan makna implisit dibalik “apa yang diucapkan atau dituliskan” sebagai “sesuatu yang dimplikasikan”.
Berangkat dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan adalah suatu bagian dari kajian pragmatik yang lebih mengkhususkan kajian pada suatu makna yang implisit dari suatu percakapan yang berbeda dengan makna harfiah dari suatu percakapan. Untuk lebih memperjelas pemahaman tentang implikatur ini, berikut akan dipaparkan beberapa ciri-ciri implikatur menurut beberapa ahli. Menurut Nababan (1987:39) ada 4, sebagai berikut:
1.      Sesuatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu, umpamanya dengan menambahkan klausa yang mengatakan bahwa seseorang tidak mau memakai implikatur percakapan itu, atau memberikan suatu konteks untuk membatalkan implikatur itu.
2.      Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang bersangkutan.
3.      Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu arti konvensional dari kalimat yang dipakai. Oleh karena itu, isi implikatur percakapan tidak termasuk dalam arti kalimat yang dipakai.
4.      Kebenaran isi dari suatu implikatur percakapan bukan tergantung pada kebenaran yang dikatakan. Oleh karena itu, implikatur tidak didasarkan atas apa yang dikatakan, tetapi atas tindakan yang mengatakan hal itu.
Senada dengan pendapat sebelumnya Grice, H.P (Mujiyono, 1996:40) mengemukakan ada 5 ciri-ciri dari implikatur percakapan, yakni:
1.      Dalam keadaan tertentu, implikatur percakapan dapat dibatalkan baik dengan cara eksplisit ataupun dengan cara kontektual (cancellable).
2.      Ketidakterpisahan implikatur percakapan dengan cara menyatakan sesuatu. Biasanya tidak ada cara lain yang lebih tepat untuk mengatakan sesuatu itu, sehingga orang memakai tuturan bermuatan implikatur untuk menyampaikannya (nondetachable).
3.      Implikatur percakapan mempersyaratkan makna konvensional dari kalimat yang dipakai, tetapi isi implikatur tidak masuk dalam makna konvensional kalimat itu (nonconventional).
4.      Kebenaran isi implikatur tidak tergantung pada apa yang dikatakan, tetapi dapat diperhitungkan dari bagaimana tindakan mengatakan apa yang dikatakan (calcutable).
5.      Implikatur percakapan tidak dapat diberi penjelasan spesifik yang pasti sifatnya (indeterminate).
Masih tentang ciri-ciri, menurut Levinson, C. Stephen (1997:119) terdapat 4 ciri utama dari suatu implikatur percakapan, yakni:
1.      Cancellability, maksudnya sebuah kesimpulan yang tidak mungkin bisa ditarik jika ada kemungkinan untuk menggagalkannya dengan cara menambah beberapa premis/alasan tambahan pada premis-premis asli.
2.      Non-detachability, adalah implikatur dilekatkan pada isi semantik dari apa yang dituturkan, tidak pada bentuk linguistik, maka implikatur tidak dapat dipisahkan dari suatu tuturan
3.      Calculability, dimaksudkan untuk setiap implikatur yang diduga harus memungkinkan untuk menyusun suatu argumen yang menunjukkan bahwa makna harfiah suatu tuturan dipadu dengan prinsip kerja sama dan maksim-maksimnya.
4.      Non-conventionality, artinya untuk mengetahui makna harfiah, dapat diduga implikaturnya dalam suatu konteks, implikatur tidak dapat sebagai bagian dari makna itu.
Tiga pendapat tentang ciri-ciri dari suatu implikatur percakapan pada dasarnya sama. Ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu implikatur percakapan memiliki ciri-ciri, yakni : (1) Sesuatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu (cancellability), (2) Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang bersangkutan (nondetachable), (3) Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu arti konvensional dari kalimat yang dipakai (nonconventional), dan (4) Kebenaran isi dari suatu implikatur percakapan bukan tergantung pada kebenaran yang dikatakan (calcutable). Ada beberapa jenis implikatur percakapan.
Menurut Grice (Mudjiono, 1996 : 32-33) ada tiga jenis implikatur percakapan yakni: implikatur konvensional, praanggapan, dan implikatur nonkonvensional. Implikatur konvensional lebih mengacu pada makna kata secara konvensional, makna percakapan ditentukan oleh arti konvensional kata-kata yang digunakan. Implikatur praanggapan, lebih mengacu pada suatu pengetahuan bersama antara penutur dan mitra tutur. Implikatur nonkonvensional, merupakan suatu implikatur yang lebih mendasarkan maknanya pada suatu konteks yang melingkupi suatu percakapan. Lebih ringkas lagi, Stephen C. Levinson mengatakan hanya ada dua jenis implikatur percakapan yaitu implikatur percakapan umum (implikatur yang yang munculnya di dalam percakapan dan tidak memerlukan konteks khusus) dan implikatur percakapan khusus (suatu implikatur yang kemunculannya memerlukan konteks khusus).

METODELOGI PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini, yang akan dikaji dari sudut implikatur percakapan, adalah data yang diambil dari percakapan yang terjadi di iklan Djarum 76 versi kontes jin. Pengambilan data sekitar satu hari, dengan mengunduh video iklan Djarum 76 versi kontes jin untuk dianalisis percakapannya. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif mengacu pada percakapan yang dilakukan oleh ketiga jin dan respon penonton aksi jin. Pengambilan sampel data dilakukan dengan purposive sampling atau diambil yang hanya berkaitan dengan kajian implikatur yang akan dilakukan. Data yang diambil dan sesuai dengan maksud penelitian percakapan jin Indonesia dengan tambahan respon sosok tiruan gayus.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Peneliti mengambil salah satu iklan Djarum 76 yakni dengan tema iklan Bercerita mengenai sebuah “KONTES SULAP JIN” yang di ikuti oleh beberapa perwakilan pesulap dari 3 negara, yakni Jin Mesir, Jin Jepang, dan Jin indonesia dengan tujuan unjuk kebolehan dan seberapa mahir pesulap-pesulap ini memperlihatkan keahlian mereka bermain sulap.
Pesulap mesir menampilan berupa trik sulap menghilangkan piramida mesir. “Piramida lenyap,” kata Jin Mesir. Kemudian tak mau kalah, pesulap jepang juga melenyapkan gunung fujiyama yang semula ada menjadi raib.”Fujiyama hilang,” kata Jin Jepang.
Tibalah kesempatan untuk Jin indonesia unjuk gigi, dengan gaya selengekan dan santainya, si pesulap indonesia membawa berkas-berkas kasus korupsi yang kemudian di sulap menjadi hilang tanpa bekas. “Kasus Korupsi hilang,” kata Jin Indonesia. Kemudian Jin Jawa disambut dengan sorak gembira para koruptor indonesia terlihat jelas salah satunya sosok tiruan Gayus Tambunan. Dan jin dari indonesia yang keluar menjadi juara, sedangkan jin dari mesir dan jepang terperangah melihat keahlian jin indonesia seraya menyembah-nyembah.
Dari sepenggal cuklipan percakapan iklan Djarum 76 versi kontes jin mengandung implikatur bahwa berbagai kasus korupsi yang melanda Indonesia kini secara lambat laun mulai menghilang. Hal itu terbukti dalam permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia yangmana mereka dihadapakan pada negeri yang penuh dengan koruptor. Dimulai dari kasus Bank Century, Lembaga Pajak Indonesia sampai kasus Wisma Atlet Hambalang yang belum kunjung jelas akhirnya. Mengacu pada fenomena masyarakat Indonesia, penikmat televisi khususnya iklan Djarum 76 versi Kontes Jin telah memiliki reportoar yang sama bahwa pejabat-pejabat  penting Indonesia telah berkorupsi.
Berkas-berkas yang telah dilenyapkan Jin Indonesia menandakan bahwa proses hukum Indonesia sangat berbelit-belit menangani korupsi sehingga lambat laun dapat menghilang. Terbukti kasus Bank Century, saat ini tidak diketahui lagi bagaimana akhir perjalanannya
Nilai plus dari iklan Djarum 76 ini adalah aktualitas, kelucuan dan keberaniannya dalam mengusung tema yang bernada menyindir perilaku korupsi dan menyentil kuping para koruptor yang memang sudah bebal saking sudah tidak merasa salah sama sekali dengan tindakan mereka. Korupsi yang teramat sangat sulit untuk dibersihkan dari kebiasaan aparat dan masyarakat kita kebanyakan. Para penegak hukum yang juga sebagian korup, turut mempersulit penegakan hukum dalam membasmi korupsi ini. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi di Indonesia, seolah-olah berjalan sendiri tanpa didukung lembaga-lembaga berwenang lain. Banyak pihak yang ternyata tidak senang dengan sepak terjang KPK.
Iklan ini seakan-akan menunjukkan bahwa korupsi di Indonesia benar-benar sudah menjadi penyakit kronis, yang sangat sulit disembuhkan. Kebiasaan yang sudah membudaya, sudah mendarah daging. Sampai-sampai jin pun mendukung perilaku korupsi tersebut, dengan menghilangkan berkas-berkas kasus korupsi yang tengah diproses secara hukum oleh aparat berwenang.
Faktanya tidak jauh dari itu. Kasus korupsi yang sudah ditangani secara hukum, banyak yang berujung dengan keputusan pembebasan para tersangka di pengadilan. Banyak kasus korupsi yang menguap begitu saja, atau dipetieskan. Jika ada satu anggota sebuah institusi menjadi tersangka kasus korupsi, teman-temannya malah melindunginya, sehingga akhirnya lolos dari jeratan hukum. Kalaupun ada pelaku korupsi yang sampai dihukum penjara, hukumannya terlalu ringan. Tidak sebanding dengan kerugian negara, dan kemiskinan masyarakat Indonesia yang ditimbulkannnya.

SIMPULAN
Berdasarkan percakapan iklan Djarum 76 versi Kontes Jin dapat diambil simpulan bahwa implikatur yang terkandung dalam iklan tersebut adalah kasus korupsi di Indonesia. Hal ini jelas terungkap pada percakapan Jin Indonesia yang mengatakan bahwa Kasus Korupsi hilang. Berarti berbagai kasus korupsi di Indonesia secara lambat laun menghilang tidak dapat diketahui ujung permasalahannya.
Mengacu pada reportoar masyarakat Indonesia yang sama, maka dapat dijelaskan bahwa implikatur iklan Djarum 76 versi kontes jin adalah kasus korupsi di Indonesia tidak memiliki kejelasan secara pasti sehingga masyarakat mulai kesal dengan proses hukum yang berlaku. Disisi lain, pejabat-pejabat bersorak tertawa dengan riang gembira mereka dapat menikmati dengan bebas hasil korupsinya. Dengan demikian, perlunya penegakan hukum yang kuat sehingga peradilan di Indonesia dapat tegak dan dihormati masyarakat Indonesia.






DAFTAR PUSTAKA
Brown, Gillian dan George Yule.1996. Analisis Wacana (edisi terjemahan oleh I. Soetikno). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Mujiyono, Wiryationo.1996. Implikatur Prcakapan Anak Usia Sekolah Dasar. Malang: IKIP Malang.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyono. 1990. Pragmatik Dasar-dasar dan Pengajaran. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar