Selasa, 17 Januari 2012

 
Potensi Kabupaten Wonogiri 
posted : Eko Setiawan  
Wonogiri adalah sebuah daerah kabupaten di Jawa Tengah. Dalam bahasa jawa Wonogiri yang ditulis dengan wanagiri, secara harfiah wana berarti hutan dan giri adalah gunung. Jadi dapat disimpulkan bahwa Wonogiri merupakan hutan di gunung. Secara geografis lokasi Wonogiri berada di bagian tenggara Provinsi Jawa Tengah. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, bagian selatan langsung di bibir Pantai Selatan, bagian barat berbatasan dengan Wonosari di provinsi Yogyakarta, Bagian timur berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan. Ibu kotanya terletak di Wonogiri Kota. Luas kabupaten ini 1.822,37 km² dengan populasi sekitar 1,5 juta jiwa.
Saat ini Wonogiri telah dipimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati yaitu Dhanar Rahmanto dan Yuli Handoko dengan masa jabatan 2010 sampai 2015. Selain itu, Wonogiri juga memiliki semboyan Wonogiri Sukses yakni kepanjangannya adalah Stabilitas, Undang-undang, Koordinasi, Sasaran, Evaluasi, dan Semangat Juang. Bila kita lihat, banyak sekali potensi yang dapat ditunjukkan serta dikembangkan dari Kabupaten Kota Wonogiri. Dari bidang Pariwisata, Kerajinan, Makanan Khas, serta Kesenian daerah Wonogiri.
Pariwisata yang dapat ditunjukkan dari Kota Kabupaten Wonogiri sangat banyak. Hampir disetiap kecamatan memiliki obyek wisata yang tidak kalah menarik dibandingkan dengan kota lain selain Wonogiri. Wisata Waduk gajah mungkur, terhampar diatas wilayah bebatuan cadas, merupakan danau buatan yang diresmikan keberadaannya pada tahun 1978, dengan resminya ribuan desa ditenggelamkan di Kabupaten Wonogiri, yang oleh karenanya ‘sitiung’ kebanjiran imigran ‘bedol desa’. Gajah mungkur telah memberi kehidupan pada masyarakat disekitarnya dalam banyak representasi. Mulai dari berlimpahnya energi listrik tenaga air, kekayaan delta pada daerah aliran sungai yang dimanfatkan sebagai ladang kagetan pada musim surut, kekayaan ikan air tawar yang dimulai penyebaran satu juta ekor benih oleh mantan Presiden RI ke-2 yakni Soeharto. Karena beliau besar di satu kecamatan, bernama Wuryantoro bersama Sudwikatmono. Bahkan, kemudian di organisasikan sistem pembenihan dan pemeliharaan ‘karamba terapung’ yang pada akhirnya membuahkan sebuah restoran terapung ‘karamba terapung’ yang mengkhususkan pada menu ikan air tawar saja ( wader dan sogo/sogol), belum lagi kesenangan lain seperti olahraga air yang berada di taman waduk gajah mungkur yang selalu ramai ruah saat liburan anak sekolah dan lebaran, atau olahraga gantole yang setiap tahun, kompetisinya diadakan di salah satu perbukitan tertinggi di sisi waduk ini.
Selain Waduk Gajah Mungkur, terdapat Wisata air juga yakni air terjun Setren. Air Terjun Setren merupakan obyek wisata pilihan yang tidak kalah menariknya dengan Air Terjun Tawangmangu, terletak di Kecamatan Slogohimo kurang lebih 30 Km arah timur Kota Wonogiri menuju Ponorogo (Jawa Timur). Pemandangan yang masih alami dengan panorama perbukitan dan air terjun, agrowisata sangat tepat untuk wisata kalangan muda-mudi dan para pecinta alam. Potensi alam pegunungan menjadi salah satu sumber penghasil devisa domestik, yakni air terjun Girimanik yang berada di Desa Setren. Daerah ini bisa dikatakan menyerupai daerah Tawangmangu, Karanganyar, cuma daerah Setren belum begitu dikenal oleh masyarakat luas. Namun, jika ditilik dari kondisi alam, keindahan dan kesejukannya sama dengan wilayah Tawangmangu yang dingin. Di wisata alam Girimanik terdapat tiga air terjun, yakni air terjun Manikmoyo, air terjun Condromoyo, dan air terjun Tejomoyo. Daya tarik fisik berupa pemandangan alam pegunungan yang asri dan alami, menjadikan air terjun tersebut bisa jadi andalan pengembangan pariwisata. Karena dilengkapi dengan Sendang Drajat dan Sendang Kanastren sehingga menjadi daya tarik tersendiri.
Oleh karena itu, sejak tahun 2000, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mencoba mengembangkan wisata alam pegunungan air terjun Girimanik. Alasannya, daerah pegunungan Girimanik jika dikembangkan secara maksimal akan mampu menghasilkan pendapatan asli daerah.
Kabupaten Wonogiri merupakan satu-satunya Kabupaten/ kota di wilayah Surakarta yang memiliki pantai. Pantai Nampu dan Sembukan terletak di Kecamatan Paranggupito kurang lebih 40 Km arah selatan Kota Wonogiri. Pantai Sembukan terkenal sebagai pantai ritual yang ramai dikunjungi orang untuk bermeditasi dan ngalab berkah. Pantai Nampu sangat elok dan alami dengan hamparan pasir putih dan pantai yang sangat panjang cocok untuk rekreasi keluarga dengan minuman kas air kelapa muda. Disamping pantai Nampu juga tidak kalah eloknya adalah pantai sembukan yang jaraknya dari Kantor Kecamatan Parnggupito kurang lebih berjarak 3,5 km, juga pada waktu-waktu tertentu diadakan acara larung yang juga dilanjutkan dengan acara wayangan. Jika ingin berwisata di pantai sembukan jangan lupa membawa kail karena disana banyak orang yang mengail mencari ikan sambil menikmati indahnya pemandangan alam laut yang menawan. Wonogiri kaya akan wisata ritual, karena menurut sejarahnya wonogiri didirikan oleh RM. Said (Pangeran Sambernyowo/ Mangkunegoro I). Salah satu petilasan RM.Said adalah Dlepih/ Khayangan yang terletak di Kecamatan Tirtomoyo kurang lebih 25 Km arak ke selatan Kota Wonogiri, sebagai wisata ritual banyak dikunjungi orang untuk meditasi dan ngalab berkah pada malam Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon.
Adanya Obyek Wisata Alas Kethu yang terletak ditengah-tengah jantung Kota Wonogiri dengan panorama hutan jati, mahoni dan kayu putih seluas kurang lebih 40 Ha sebagai Rencana Pengembangan Wisata Pelangi Dunia. Alas Kethu sangat cocok untuk shoting pembuatan film dan sinetron laga, karena dekat dengan keraton Surakarta dan Mangkunegaran. Wonogiri sejak tahun 2007 mempunyai museum baru. Namanya adalah Museum Karst Indonesia. Letaknya di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, 45 km di selatan kota Wonogiri. Museum ini menggambarkan khasanah karst dengan keunikan goa-goa di Pracimantoro. Di sana terdapat Gua Tembus, Gua Mrica, Gua Sodong, Gua Potro, Gua Sapen, Gua Gilap, dan Gua Sonya Ruri. Berdasarkan penelitian para ahli sejarah dan geologi, kawasan gua-gua di Pracimantoro Wonogiri layak dijadikan sebagai situs Kawasan Karst yang unik di Indonesia. Kawasan karst di Pracimantoro dinilai terbaik oleh para ahli sejarah dan geologi karena telah memenuhi kriteria keberagaman gua-gua, struktur lapisan tanah, dan panorama alam yang khas. Kawasan karst di wilayah ini dinilai lebih baik daripada kawasan karst yang ada di Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Gunung Kidul.
Beranajak ke makanan khas, Wonogiri juga tidak kalah banyaknya. Kota yang sering disebut kota Gaplek ini juga memiliki beragam makanan khas, salah satunya tiwul. Nasi Tiwul terbuat dari ketela pohon yang sudah dikuliti kemudian dijemur, baru setelah kering dilembutkan dan dimasak menjadi nasi tiwul. Terdapat juga Kacang Mede adalah makanan yang berasal dari biji buah Jambu Mede (Jambu Mete) yang memang banyak terdapat di wilayah Wonogiri. Emping adalah makanan yang berasal dari biji buah Melinjo. Biji buah dikupas, lalu ditumbuk sampai berbentuk lempengan kecil. Kedua jenis makanan ini disajikan setelah terlebih dahulu digoreng sampai kecoklatan. Ditambah dengan yang tidak kalah unik Cabuk merupakan makanan yang berasal dari biji Wijen yang dicampur dengan bumbu masak. Berbentuk pasta, warna hitam, terbungkus daun pisang. Sebagai tambahan tentang makanan khas yang disebut "Cabuk", akan lebih nikmat apabila disantap bersama-sama dengan "Gudangan" yaitu makanan yang berupa sayur-sayuran yang telah direbus dan dicampur dengan sambal dari parutan kelapa.
Selain itu, juga ada makanan dari singkong yang disebut "Pindang", ini berasal dari tepung singkong yang dimasak dengan daging kambing, yang terkenal di Kecamatan Ngadirojo. Saat pagi hari juga sering dapat dijumpai Kue Serabi di beberapa tempat di dekat Pasar Kota Wonogiri dan tempat lainnya di berbagai kecamatan di wilayah Wonogiri. Makanan khas lain adalah Bakso dan Mie Ayam Wonogiri yang memiliki citarasa khas, oleh sebab itu di Jakarta banyak sekali Tukang Bakso atau Mie Ayam dari Wonogiri. Mie Ayam yang terkenal adalah Mie Ayam Pak Sabar, Mie Ayam Pak Brewok, Mie Ayam dan Bakso Mas Bentoel. Bakso yang terkenal Bakso Gajah Mungkur dan Bakso Titoti.
Selain itu pada malam hari, banyak juga pedagang makanan lesehan yang tersebar sepanjang jalan-jalan di Wonogiri, dengan beraneka jenis makanan yang terkenal antara lain seperti Gudeg & Nasi Liwet Bu SAMAN GI (depan toko Baru), Mie Rebus Jawa Pak BAGONG (terminal lama), Cap Cay depan Gereja GKI. Pusat jajanan khas Wonogiri ada di dekat kantor Kecamatan Selogiri, kurang lebih 5 km dari pusat Kota Wonogiri ke arah Kota Surakarta. Di pusat Kota Wonogiri, terdapat beberapa toko yang menyediakan makanan khas, salah satu di antaranya adalah Toko Sari Roso. Selain itu, oleh-oleh khas Wonogiri juga bisa diperoleh di kios-kios yang banyak terdapat di pasar Wonogiri, salah satu yang cukup banyak dikunjungi pembeli adalah kios Bu Darmo.
Beralih ke kerajinan tangan di kota Kabupaten Wonogiri, juga terdapat berbagai kerajinan tangan. Kerajinan lukis kaca dan tatah sungging Di Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran. Disana merupakan pusat pembuatan wayang kulit yang sudah diakui oleh negara, karena mampu menembus pangsa pasar dunia. Sehingga mampu meningkatkan komoditas ekspor bangsa Indonesia. Selain itu juga terdapat kerajinan tangan mengenai Batu mulia/ batu aji di Kabupaten Wonogiri memiliki tingkat kekerasan 3 sampai 4 SM sehingga mudah dibentuk perhiasan seperti : cincin, giwang, leontin, kalung, gelang dan lain-lain. Kemudian terdapat juga Produsen Ubibam Sri Giri Sejati yang berlokasi di Jalan Raya Giriwoyo Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri. Selanjutnya adalah kerajinan Sangkar Burung. Sentra kerajinan Sangkar Burung terletak di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. Model sangkar cukup beragam dan kontemporer, dengan kapasitas produksi 100 buah/ bulan.
Lalu bertolak pada kota Surakarta yang bergema dengan kota batik, Wonogiri juga memiliki kerajinan Batik Tulis/ Cap. Sentra Batik Tulis/ Cap terdapat di Desa Tirtomoyo Kecamatan Tirtomoyo dengan batik khas wonogiren. Ditambah dengan kerajinan tangan kecil-kecilan seperti pembuatan gerabah, anyaman dari bambu (gedhe’k), caping dan lainnya yang masih belum teridentifikasi. Kerajinan yang menjadi unggulan adalah kerajinan akar wangi, lampu hias, anyaman bambu, serta karya kaligrafi. Karena berbagai kerajinan tersebut mampu menembus pasaran berbagai negara di Timur Tengah. Sehingga produk-produk itu menjadi komuditas ekspor dari kota Wonogiri. Oleh karena itu, Pemerintah Wonogiri sudah merencanakan suatu pelatihan yang dapat meningkatkan produksi kerajinan-kerajinan yang mampu menembus ke pasar dunia.

analisis pemerolehan bahasa


ANALISIS AKTIVITAS
PEMEROLEHAN BAHASA MAHASISWA

 














Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikolinguistik
Dosen pengampu : Dr. Mohammad Rohmadi, M.Hum.

Nur Hady Eko Setiawan
K 1209050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011





PENDAHULUAN

A.    PENDAHULUAN
Linguistik berkembang dan selalu mengalami perubahan sebagai hakekat bahasa yang selalu menjadi alat komunikasi dan interaksi antar manusia. Manusia adalah anggota dalam masyarakat, dan peran mereka sebagai pengguna bahasa membawa pengaruh penting dalam kajian ilmu linguistik. Penggunaan bahasa pada setiap pengguna bahasa disebut masyarakat bahasa, mereka berkomunikasi antar anggota masyarakat dan menentukan perkembangannya masyarakat itu sendiri, dan peran bahasa sebagai media komunikasi.
Melalui bahasa kita dapat melihat ilmu pengetahuan. Kebudayaan salah satu contoh yang termasuk dalam ilmu pengetahuan yang lahir dari ide/upaya manusia. Maka kebudayaan dapat juga dikatakan manifestasi dan aspirasi dari manusia, yang merupakan milik masyarakat. Dengan sarana bahasa kebudayaan itu bisa dikatakan manifestassi dan aspirasi dari manusia, yang merupakan milik masyarakat. Dengan sarana bahasa kebudayaan itu bisa kita wariskan kepada generasi penerus, sehingga kebudayaan tersebut tidak akan dilupakan oleh masyarakat dan diharapkan tetap dilestarikan. Itulah salah satu fungsi bahasa dalam ilmu pengetahuan.
Perbahasaan dapat dikatakan mudah dan dapat juga dikatakan sulit. Dikatakan mudah, karena pada dasarnya setiap orang bisa berbahasa/berbicara (untuk orang yang normal). Berbahasa dikatakan sulit karena seseorang yang ingin berbahasa/berbicara secara baik dan benar dituntut dapat menguasai kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa. Kaidah-kaidah tersebut antara lain; pelafalan, intonasi, diksi, tatabahasa, penulisan.
Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan pembicara, kontak-kontak sosial, dan pendidikannya aspek-aspek lain, seperti cara berpakaian atau mendandani pengantin adalah bersifat internal, tetapi ujaran sudah bersifat inheren, pembawaan, pembicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan, pikitan, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasaan dari batasan ini dapat kita katakana bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide -ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara  merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantic, dan linguistic, sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi control sosial.
Dengan demikian, berbicara itu lebih baik daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak. Berbicara merupakan instrument yang mengungkapkan kepada penyimak hampir secara langsung; apakah pembicara memahami atau tidak baiknya bahan pembicaraannya maupun penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak? Pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasan dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak? (Mulgrave, 1954 : 3-4).
Jadi, untuk mengetahui secara jelas bagaimana komunikasi seseorang dengan orang lain perlu adanya tindakan peneletian lalu hasil penelitian yang berupa data percakapan orang dianalisis sesuai kajian semantik, sintaksis, dan sosiolinguistik. Maka dari itu, makalah ini memapaparkan analisis percakapan mahasiswa yang sedang berada dalam kos-kosan.

B.     TUJUAN
Tujuan utama tulisan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesalahan penggunaan bahasa. Kegiatan tersebut dianalisis dengan kajian semantik, sintaksis, serta sosiolinguistik. Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian ini mampu menjadi bahan rujukan dalam penelitian lainnya, dan mampu menjadi penambahan keilmuan dibidang linguistik, terutama dalam bidang psikolingustik.










PEMBAHASAN

A.    DATA PERCAKAPAN MAHASISWA

Wanita 1                      : Rin, kemarin kamu pulangnya, gimana?
Wanita 2                      : Naik bis, kan dari solo jam 12, tapi terlantar di terminal gara-gara busnya ngetem di terminal 2 jam.
Wanita 1                      : Sampai rumahnya jam berapakah heu, lama no, Rin?
Wanita 2                      : harus e jam 5 kuranglah nyampek rumah, tapi sampai magrib baru nyampek rumah.
Wanita 1                      : Dijemput apa piye?
Wanita 2                      : Dijemput bapakku, tapi gara-gara bis terakhir, makanya nunggu berangkat e sampai jam 2. Dua jam nunggu itu.
Wanita 1                      : kamu gak mau minta dianterin aku, heu?
Wanita 2                      : kan aku gak ngerti.
Wanita 1                      : yo weslah. Lha kemarin kamu berangkat sini dari sana jam berapa?
Wanita 2                      : jam setengah 12 naik bis, tapi nyampek Solo jam 4 kurang, tapi mau ke kos malah keujanan, berteduh sampai sampai sejam gak reda-reda, terus naik ojek.
Wanita 1                      : kamu dari depan sampai sini naik ojek?
Wanita 2                      : iya, bayar 5 ribu.
Wanita 1                      : tenane,hahahaha?
Wanita 2                      : tenan.
Wanita 1                      : Serius Rin, tapi keujanan gak?
Wanita 2                      : tetap  wae kanyepan.
Wanita 1                      : lha ujan gak og?
Wanita 2                      : hujan deres sampai malem gak reda-reda.






B.     ANALISIS DIALOG MAHASISWA

Dialog pertama

Wanita 1                      : Rin, kemarin kamu pulangnya, gimana?
Wanita 2                      : Naik bis, kan dari solo jam 12, tapi terlantar di terminal gara-gara busnya ngetem di terminal 2 jam.

Analisis Dialog Pertama
·         Kajian Semantik
Wanita 1         :  Pada dialog pertama, kalimat tanya yang digunakan oleh wanita kesatu cukup dimengerti oleh orang lain khususnya oleh wanita kedua. Maksud dari kalimat tanya wanita kesatu adalah menanyakan cara, proses, atau transportasi yang digunakan wanita kedua melakukan perjalanan pulang ke rumah.
Wanita 2         : Pemaknaan kalimat untuk dialog wanita kedua masih membingungkan. Unsur campur kode bahasa mempengaruhi makna yang akan disampaikan. Hal yang dikatakan membingungkan adalah subjek yang “terlantar” dari dialog di atas. Makna ganda dari dialog di atas yakni wanita 2 yang terlantar, atau penumpang lain juga terlantar.
·         Kajian Sintaksis
Wanita 1         : Penggunaan kalimat tanya pada wanita satu masih ditemukan banyak kekeliruan. Peletakan kata tanya masih terpacu pada bahasa jawa, yakni “Rin, kemarin kamu pulangnya, piye?”. Itulah kesalahan yang masih ditemukan. Kalimat tanya yang tepat adalah “Bagaimana pulangmu kemarin, Rin?”
Wanita 2         : masih ditemukan kesalahan pada dialog wanita 2. Susunan kalimat yang kurag tepat, dapat membingungkan pendengar atau pembaca. Penggunaan kata yang seharusnya tidak perlu, ternyata masih tetap digunakan. Misalnya pada penggunaan kata kan. Kata tersebut tidak memiliki makna, hanya mempertegas. Untuk itu, kata kan lebih baik di hilangkan saja. Selain itu, penggunaan kata jam  yang tidak tepat, menimbulkan kesalahan berbahasa. Kata jam sebaiknya digunakan untuk jumlah waktu yang diperlukan. Misalnya, saya belajar selama 4 jam sehari. Untuk penggunaan kata jam 12 yang benar adalah pukul 12.00 WIB.
·         Kajian Sosiolinguistik
 Campur kode : penggunaan kata dalam percakapan masih ditemukan campur kode antara bahasa jawa dan bahasa indonesia. Yakni dalam penggalan kata ngetem di terminal. Ngetem adalah bahasa jawa sedangkan di terminal bahasa Indonesia.
Dialog kedua
Wanita 1                      : Sampai rumahnya jam berapakah heu? Lama no, Rin?
Wanita 2                      : harus e jam 5 kuranglah nyampek rumah, tapi sampai magrib baru nyampek rumah.

Analisis dialog kedua
·         Kajian Semantik
Wanita 1          : kata “rumahnya”. Kata  tersebut memiliki makna lain bila digunakan dalam bahasa Indonesia. Rumahnya berarti rumah milik orang ketiga. Padahal, maksud wanita 1 menunjuk pada rumah milik wanita 2. Oleh karena itu, yang benar menggunakan kata rumahmu atau rumah saja karena sudah menunjuk pada rumah wanita 2.
                        Kata lama no, Rin? masih ditemukan makna yang membingungkan jika dikaji menggunakan bahasa indonesia. Bila yang dimaksud mempertegas pertanyaan, berarti cukup menggunakan kata lama, Rin? Sedangkan jika untuk menunjukan rasa sok tahu/ sudah bisa mempekirakan berarti menggunakan kata berarti lama, Rin?
Wanita 2         : terdapat pemakaian bahasa tidak baku, yakni bahasa gaul pada kata “nyampek”yang berarti “sampai”. Selain itu, kata “harus e” yang dimaksud adalah “seharusnya.” Kemuadian kesalahan yang sama penggunaan kata “jam” yang seharusnya “pukul.” Maksud penggunaan kata magrib, dalam konteks tersebut adalah waktu magrib sekitar pukul 18.00 WIB.


·         Kajian Sintaksis
Wanita 1         : struktur kalimat yang digunakan oleh wanita 1 pada dialog ini masih mengandung unsur bahasa jawa. Yakni penempatan kata tanya bahasa yang masih dibelakang, sehingga terlihat masih menggunakan pola kalimat bahasa jawa. Struktur yang baik untuk bahasa Indonesia adalah pukul berapa tiba dirumahmu? Lama, Rin?
Wanita 2         : sama halnya dengan wanita 1, struktur kalimat wanita 2 masih menggunakan atau terpengaruh dengan struktur bahasa jawa. Sehingga kalimat yang benar adalah seharusya pukul 17.00 (5 sore) kuranglah sudah sampai rumah, tapi sampai waktu magrib baru sampai rumah.
·         Kajian Soiolinguistik
Campur kode  : kedua wanita tersebut masih menggunakan dua bahasa secara bersamaan, yakni bahasa jawa dan bahasa Indonesia. Kalimat yang masih menggunakan campur kode yakni harus e. Maksudnya kata harus dari bahasa Indonesia dilanjutkan e yang berasal dari bahasa jawa.
Bahasa gaul     : penggunaan bahasa gaul pada dialog kedua, yakni kata nyampek.

Dialog Ketiga
Wanita 1                      : Dijemput apa piye?
Wanita 2                      : Dijemput bapakku, tapi gara-gara bis terakhir, makanya nunggu berangkat e sampai jam 2. Dua jam nunggu itu.
Analisis dialog ketiga
·         Kajian Semantik
Wanita 1         : makna yang disampaikan pada kalimat tanya wanita 1 sudah dapat dimengerti oleh wanita 2. Orang lain pun juga sudah dapat mengerti maksud kalimat tanya tersebut. Yakni wanita 2 saat pulang dijemput atau tidak?
Wainta 2         : makna kalimat untuk wanita kedua masih ambigu. Keambiguannya terdapat pada kalimat “Dua jam nunggu itu.” Yang dimaksud nunggu itu bapak wanita 2 atau wanita 2 itu sendiri masih belum jelas. Kemudian kata makanya  yang bercampur dengan bahasa jawa makane, perlu diperbaiki dengan cukup menggunakan kata maka saja.



·         Kajian Sintaksis
Wanita 1         : struktur kalimat wanita 1 masih berpola bahasa jawa. Struktur bahasa indonesia yang baik cukup dengan bagaimana pulangmu? dijemput atau tidak?
Wanita 2         : Dijemput bapakku, tapi gara-gara bis terakhir, makanya nunggu berangkat e sampai jam 2. Dua jam nunggu itu. Masih sama, yakni terdapat pola kalimat bahasa jawa. Pola kalimat yang benar sesuai kaidah bahasa Indonesia adalah Dijemput bapakku, tapi karena bis terakhir, maka nunggu berngkat sampai pukul 14.00 (2 siang). Selama dua jam (aku/ bapakku) nunggu.
·         Kajian Sosiolinguistik
Campur kode  : kedua wanita tersebut juga masih menggunakan dua bahasa, yakni bahasa jawa dan bahasa indonesia. Terdapat pada kata “dijemput apa piye” dan “nunggu berangkat e.”

Dialog keempat
Wanita 1                      : kamu gak mau minta dianterin aku, heu?
Wanita 2                      : kan aku gak ngerti.
Analisis dialog keempat
·         Kajian Semantik
Wanita 1          : makna yang disampaikan sudah dapat dimengerti dan tidak terdapat makna yang ambigu maupun sulit dipahami. Kata heu hanya sebagai penambahan saja tidak memiliki makna apapun.
Wanita 2         : penggunaan kata kan  yang sebenarnya memiliki makna yang membuat, sehingga lebih baik dengan menggunakan kata karena atau sebab. Jadi, terbentuk kalimat “karena aku gak ngerti”.
·         Kajian Sintaksis
Wanita 1         : struktur kalimat yang digunakan sudah tepat.
Wanita 2         : struktur kalimat yang digunakan juga sudah tepat.

Dialog kelima
Wanita 1                      : yo weslah. Lha kemarin kamu berangkat sini dari sana jam berapa?
Wanita 2                      : jam setengah 12 naik bis, tapi nyampek Solo jam 4 kurang, tapi mau ke kos malah keujanan, berteduh sampai-sampai sejam gak reda-reda, terus naik ojek.
Analisis dialog kelima
·         Kajian Semantik
Wanita 1         : yo weslah, merupakan kata bahasa jawa yang berarti ya sudahlah. Pengguna kata berangkat sini masih belum tepat. Seharusnya ada imbuhan ke- sebagai kata depan. Jadi berangkat ke sini itulah yang benar.
Wanita 2         : kata nyampek yang masih belum baku dapat diganti dengan kata sampai. Kata yang lainnya sudah dapat dimengerti. Selain itu, penggunaan kata sampai-sampai lebih baik diganti dengan selama. Karena makna yang dimaksud dari kata tersebut adalah waktu yang digunakan.
·         Kajian Sintaksis
Wanita 1         : wanita 1 kurang tepat dalam penyusunan struktur kalimatnya. Pola kalimat tanya yang benar adalah “Ya sudahlah. Kemarin, pukul berapa berangkat ke sini dari sana?
Wanita 2         : pola kalimat wanita 2 masih belum tertata rapi. Pola kalimat yang benar adalah Pukul 11.30 naik bus, tapi sampai di Solo pukul 16.00 (4 sore) kurang. Aku mau pulang ke kos kehujanan sehingga berteduh selama sejam hujan tidak reda-reda, lalu aku naik ojek.









PENUTUP

Simpulan
Komunikasi yang dilakukan setiap hari tanpa disadari masih terdapat kesalahan dalam berbahasa. Hal ini ditemukan pada kedua wanita yang telah dibahasa pada pembahasan diatas. Masih terdapat penggunaan bahasa yang memiliki makna ambigu dan rancu untuk dimengerti oleh pendengar atau pembaca lain.
Kegiatan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan kajian semantik, sintaksis, serta sosiolinguistik, kedua wanita yang melakukan percakapan atau dialog ditemukan banyak kesalahan. Kesalahan itu meliputi diksi yang digunakan, pola kalimat serta bahasa yang digunakan masih campuran. Penggunaan diksi sampai-sampai dialog kelima dibenahi dengan menggunakan kata selama. Kemudian pola kalimat yang digunakan masih terpengaruh dengan pola kalimat bahasa jawa. Ditambah lagi, bahasa yang digunakan masih bercampur dengan bahasa dareah. Bahasa yang sering digunakan mereka adalah bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa yang dilakukan oleh kedua mahasiswa wanita tersebut, terdapat kesalahan pada pemilihan diksi, pola kalimat serta penggunaan bahasa. Bertolak pada dialog kedua wanita tersebut, perlu adaya pembenhan dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar sesuai kaidah kebahasaan. Dari sini peran guru dan tenaga pengajar bahasa indonesia juga harus ekstra memberikan pembenaran penggunaan bahasa Indonesia.













DAFTAR PUSTAKA


Oka, IGN dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Purwadi. 2000. Analisis Kesalahan Berbahasa. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Sugon, Dendy. 2007. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Firdawati. 2011. http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2011/03/14/sintaksis-bahasa-indonesia/. diunduh pada hari Senin, 2 Januari 2011 pukul 14. 35 WIB