Rabu, 15 Agustus 2012

Analisis Implikatur Iklan Djarum 76 Versi Kontes Jin


ANALISIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN IKLAN DJARUM 76 VERSI KONTES JIN


 









Disusun sebagai nilai Uji Kompetensi Mata Kuliah Pragmatik
Dosen Penganpu: Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum.
Oleh
Nur Hady Eko Setiawan
K 1209050

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

ANALISIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM IKLAN
DJARUM 76 VERSI KONTES JIN

Oleh: Nur Hady Eko Setiawan

ABSTRAK
Iklan djarum 76 seringkli muncul dengan berbagai versi yang mampu menarik perhatian dan canda tawa kepada penikmat media massa.  Percakapan yang disampaikan oleh pemain-pemainnya seringkali memunculkan suatu makna atau maksud dibalik tuturan tersebut. Implikatur percakapan sering muncul apabila seorang penikmat media massa iklan djarum76 mengetahui dan memahami perkembangan masalah publik yang sedang hangat diperbincangkan. Kesamaan repotoar menjadi jembatan penghubung tersampaikannya implikatur dari iklan djarum 76 versi kontes jin. Oleh karena itu, pemahaman terhadap implikatur akan memperlancar komunikasi publik pada media iklan djarum 76 versi kontes jin.
Kata kunci : kesamaan reportoar, implikatur percakapan, iklan djarum 76 versi kontes jin.

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan suatu alat yang paling utama untuk berkomunikasi antar manusia. Dengan kata lain, manusia akan sangat tergantung sekali pada suatu bahasa dan mengingat juga bahwa manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dalam hal ini tentulah antar manusia akan terjadi suatu interaksi (komunikasi) untuk berbagai tujuan.
Bahasa yang digunakan oleh manusia bukanlah bahasa yang statis, tetapi bahasa yang selalu berkembang sesuai kebutuhan manusia sebagai penggunanya. Berbagai fenomena yang muncul di dalam kehidupan praktis akan berpengaruh besar terhadap suatu bahasa. Sering kali kaidah-kaidah bahasa yang disepakati mengalami stagnasi menghadapi fenomena penggunaan bahasa pada tataran praktis.
Pengkajian suatu bahasa pada tataran struktural saja sering kali tidak menghasilkan suatu kajian yang maksimal. Kondisi praktis penggunaan bahasa sering kali keluar dari kaidah-kaidah struktural, tetapi proses komunikasi yang terjadi tidak menemui suatu kendala dan justru menghasilkan suatu komunikasi yang lebih efektif dan efisien. Hal itulah yang mendorong suatu kajian terhadap suatu bahasa tidak hanya dari sudut pandang struktural saja, melainkan harus dikaitkan dengan aspek-aspek di luar struktur bahasa.
Salah satu kajian bahasa yang mampu mengakomodasi aspek-aspek di luar bahasa dalam pengkajiannya adalah pragmatik maupun analisis wacana. Dalam dua bidang kajian ini, pengkajian suatu bahasa dengan melibatkan aspek-aspek luar bahasa yang turut serta mamberi makna dalam suatu komunikasi. Melibatkan aspek-aspek di luar bahasa sangatlah tepat ketika melihat fenomena penggunaan bahasa pada tataran praktis yang cukup beragam.
Percakapan pada hakikatnya adalah peristiwa berbahasa lisan antara dua orang partisipan atau lebih yang pada umumnya terjadi dalam suasana santai. Percakapan merupakan wadah yang memungkinkan terwujudnya prinsip-prinsip kerjasama dan sopan santun dalam peristiwa berbahasa. Untuk itu perlu memahami implikatur percakapan, agar apa yang diucapkan dapat dipahami oleh lawan tutur.
Salah satu bagian dari kajian pragmatik adalah implikatur percakapan. Dalam suatu komunikasi, di dalamnya dapat dipastikan akan terjadi suatu percakapan. Percakapan yang terjadi antar pelibat sering kali mengandung maksud-maksud tertentu yang berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan. Dalam kondisi tersebut suatu penggunaan bahasa sering kali mempunyai maksud-maksud yang tersembunyi di balik penggunaan bahasa secara struktural. Pada kondisi seperti itulah suatu kajian implikatur percakapan mempunyai peran yang tepat untuk mengkaji suatu penggunaan bahasa.
Pada iklan yang ditayangkan di televisi pastilah mengandung faktor-faktor yang mampu mempengaruhi penonton sehingga timbul kesepahaman makna. Faktor-faktor yang saling mendekatkan antara pemeran dan penonton tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap berlangsungnya proses komunikasi di dalam tayangan iklan. Dalam makalah ini akan dipaparkan suatu kajian implikatur percakapan yang terjadi di dalam Djarum 76 versi kontes jin.
Dalam iklan Djarum 76 versi kontes jin tersebut sering sekali muncul suatu percakapan yang mengandung maksud-maksud tertentu yang terkadang berbeda dengan apa yang terkandung dalam pertuturan yang muncul. Dalam hal ini pengkajian dari sudut implikatur percakapan dimungkinkan dapat memperjelas proses komunikasi yang terjadi. Oleh karena itu, peneliti akan mengkaji lebih mendalam mengenai implikatur iklan Djarum 76 versi Kontes Jin.





KAJIAN TEORI
Implikatur merupakan salah satu bagian dalam pragmatik. Berkaitan dengan pengertian, berikut beberapa pengertian tentang implikatur yang dikemukakan oleh ahli-ahli bahasa. Menurut Brown dan Yule (1996 : 31) istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh penutur. Pendapat itu bertumpu pada suatu makna yang berbeda dengan makna tuturan secara harfiah.
Senada dengan pendapat itu, Grice, H.P., menunjukkan bahwa sebuah implikatur merupakan sebuah proposisi yang diimplikasikan melalui ujaran dari sebuah kalimat dalam suatu konteks, sekalipun proposisi itu sendiri bukan suatu 3 bagian dari hal yang dinyatakan sebelumnya (Gazdar, 1979:38). HampIr sama dengan pendapat Brown dan Yule, tetapi Grice mencoba mengaitkan suatu konteks yang melingkupi suatu tuturan yang turut memberi makna. Lebih singkat lagi, Grice, H.P (Suyono, 1990:14) mengatakan implikatur percakapan sebagai salah satu aspek kajian pragmatik yang perhatian utamanya adalah mempelajari ‘maksud suatu ucapan’ sesuai dengan konteksnya. Implikatur cakapan dipakai untuk menerangkan makna implisit dibalik “apa yang diucapkan atau dituliskan” sebagai “sesuatu yang dimplikasikan”.
Berangkat dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan adalah suatu bagian dari kajian pragmatik yang lebih mengkhususkan kajian pada suatu makna yang implisit dari suatu percakapan yang berbeda dengan makna harfiah dari suatu percakapan. Untuk lebih memperjelas pemahaman tentang implikatur ini, berikut akan dipaparkan beberapa ciri-ciri implikatur menurut beberapa ahli. Menurut Nababan (1987:39) ada 4, sebagai berikut:
1.      Sesuatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu, umpamanya dengan menambahkan klausa yang mengatakan bahwa seseorang tidak mau memakai implikatur percakapan itu, atau memberikan suatu konteks untuk membatalkan implikatur itu.
2.      Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang bersangkutan.
3.      Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu arti konvensional dari kalimat yang dipakai. Oleh karena itu, isi implikatur percakapan tidak termasuk dalam arti kalimat yang dipakai.
4.      Kebenaran isi dari suatu implikatur percakapan bukan tergantung pada kebenaran yang dikatakan. Oleh karena itu, implikatur tidak didasarkan atas apa yang dikatakan, tetapi atas tindakan yang mengatakan hal itu.
Senada dengan pendapat sebelumnya Grice, H.P (Mujiyono, 1996:40) mengemukakan ada 5 ciri-ciri dari implikatur percakapan, yakni:
1.      Dalam keadaan tertentu, implikatur percakapan dapat dibatalkan baik dengan cara eksplisit ataupun dengan cara kontektual (cancellable).
2.      Ketidakterpisahan implikatur percakapan dengan cara menyatakan sesuatu. Biasanya tidak ada cara lain yang lebih tepat untuk mengatakan sesuatu itu, sehingga orang memakai tuturan bermuatan implikatur untuk menyampaikannya (nondetachable).
3.      Implikatur percakapan mempersyaratkan makna konvensional dari kalimat yang dipakai, tetapi isi implikatur tidak masuk dalam makna konvensional kalimat itu (nonconventional).
4.      Kebenaran isi implikatur tidak tergantung pada apa yang dikatakan, tetapi dapat diperhitungkan dari bagaimana tindakan mengatakan apa yang dikatakan (calcutable).
5.      Implikatur percakapan tidak dapat diberi penjelasan spesifik yang pasti sifatnya (indeterminate).
Masih tentang ciri-ciri, menurut Levinson, C. Stephen (1997:119) terdapat 4 ciri utama dari suatu implikatur percakapan, yakni:
1.      Cancellability, maksudnya sebuah kesimpulan yang tidak mungkin bisa ditarik jika ada kemungkinan untuk menggagalkannya dengan cara menambah beberapa premis/alasan tambahan pada premis-premis asli.
2.      Non-detachability, adalah implikatur dilekatkan pada isi semantik dari apa yang dituturkan, tidak pada bentuk linguistik, maka implikatur tidak dapat dipisahkan dari suatu tuturan
3.      Calculability, dimaksudkan untuk setiap implikatur yang diduga harus memungkinkan untuk menyusun suatu argumen yang menunjukkan bahwa makna harfiah suatu tuturan dipadu dengan prinsip kerja sama dan maksim-maksimnya.
4.      Non-conventionality, artinya untuk mengetahui makna harfiah, dapat diduga implikaturnya dalam suatu konteks, implikatur tidak dapat sebagai bagian dari makna itu.
Tiga pendapat tentang ciri-ciri dari suatu implikatur percakapan pada dasarnya sama. Ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu implikatur percakapan memiliki ciri-ciri, yakni : (1) Sesuatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu (cancellability), (2) Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang bersangkutan (nondetachable), (3) Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu arti konvensional dari kalimat yang dipakai (nonconventional), dan (4) Kebenaran isi dari suatu implikatur percakapan bukan tergantung pada kebenaran yang dikatakan (calcutable). Ada beberapa jenis implikatur percakapan.
Menurut Grice (Mudjiono, 1996 : 32-33) ada tiga jenis implikatur percakapan yakni: implikatur konvensional, praanggapan, dan implikatur nonkonvensional. Implikatur konvensional lebih mengacu pada makna kata secara konvensional, makna percakapan ditentukan oleh arti konvensional kata-kata yang digunakan. Implikatur praanggapan, lebih mengacu pada suatu pengetahuan bersama antara penutur dan mitra tutur. Implikatur nonkonvensional, merupakan suatu implikatur yang lebih mendasarkan maknanya pada suatu konteks yang melingkupi suatu percakapan. Lebih ringkas lagi, Stephen C. Levinson mengatakan hanya ada dua jenis implikatur percakapan yaitu implikatur percakapan umum (implikatur yang yang munculnya di dalam percakapan dan tidak memerlukan konteks khusus) dan implikatur percakapan khusus (suatu implikatur yang kemunculannya memerlukan konteks khusus).

METODELOGI PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini, yang akan dikaji dari sudut implikatur percakapan, adalah data yang diambil dari percakapan yang terjadi di iklan Djarum 76 versi kontes jin. Pengambilan data sekitar satu hari, dengan mengunduh video iklan Djarum 76 versi kontes jin untuk dianalisis percakapannya. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif mengacu pada percakapan yang dilakukan oleh ketiga jin dan respon penonton aksi jin. Pengambilan sampel data dilakukan dengan purposive sampling atau diambil yang hanya berkaitan dengan kajian implikatur yang akan dilakukan. Data yang diambil dan sesuai dengan maksud penelitian percakapan jin Indonesia dengan tambahan respon sosok tiruan gayus.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Peneliti mengambil salah satu iklan Djarum 76 yakni dengan tema iklan Bercerita mengenai sebuah “KONTES SULAP JIN” yang di ikuti oleh beberapa perwakilan pesulap dari 3 negara, yakni Jin Mesir, Jin Jepang, dan Jin indonesia dengan tujuan unjuk kebolehan dan seberapa mahir pesulap-pesulap ini memperlihatkan keahlian mereka bermain sulap.
Pesulap mesir menampilan berupa trik sulap menghilangkan piramida mesir. “Piramida lenyap,” kata Jin Mesir. Kemudian tak mau kalah, pesulap jepang juga melenyapkan gunung fujiyama yang semula ada menjadi raib.”Fujiyama hilang,” kata Jin Jepang.
Tibalah kesempatan untuk Jin indonesia unjuk gigi, dengan gaya selengekan dan santainya, si pesulap indonesia membawa berkas-berkas kasus korupsi yang kemudian di sulap menjadi hilang tanpa bekas. “Kasus Korupsi hilang,” kata Jin Indonesia. Kemudian Jin Jawa disambut dengan sorak gembira para koruptor indonesia terlihat jelas salah satunya sosok tiruan Gayus Tambunan. Dan jin dari indonesia yang keluar menjadi juara, sedangkan jin dari mesir dan jepang terperangah melihat keahlian jin indonesia seraya menyembah-nyembah.
Dari sepenggal cuklipan percakapan iklan Djarum 76 versi kontes jin mengandung implikatur bahwa berbagai kasus korupsi yang melanda Indonesia kini secara lambat laun mulai menghilang. Hal itu terbukti dalam permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia yangmana mereka dihadapakan pada negeri yang penuh dengan koruptor. Dimulai dari kasus Bank Century, Lembaga Pajak Indonesia sampai kasus Wisma Atlet Hambalang yang belum kunjung jelas akhirnya. Mengacu pada fenomena masyarakat Indonesia, penikmat televisi khususnya iklan Djarum 76 versi Kontes Jin telah memiliki reportoar yang sama bahwa pejabat-pejabat  penting Indonesia telah berkorupsi.
Berkas-berkas yang telah dilenyapkan Jin Indonesia menandakan bahwa proses hukum Indonesia sangat berbelit-belit menangani korupsi sehingga lambat laun dapat menghilang. Terbukti kasus Bank Century, saat ini tidak diketahui lagi bagaimana akhir perjalanannya
Nilai plus dari iklan Djarum 76 ini adalah aktualitas, kelucuan dan keberaniannya dalam mengusung tema yang bernada menyindir perilaku korupsi dan menyentil kuping para koruptor yang memang sudah bebal saking sudah tidak merasa salah sama sekali dengan tindakan mereka. Korupsi yang teramat sangat sulit untuk dibersihkan dari kebiasaan aparat dan masyarakat kita kebanyakan. Para penegak hukum yang juga sebagian korup, turut mempersulit penegakan hukum dalam membasmi korupsi ini. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi di Indonesia, seolah-olah berjalan sendiri tanpa didukung lembaga-lembaga berwenang lain. Banyak pihak yang ternyata tidak senang dengan sepak terjang KPK.
Iklan ini seakan-akan menunjukkan bahwa korupsi di Indonesia benar-benar sudah menjadi penyakit kronis, yang sangat sulit disembuhkan. Kebiasaan yang sudah membudaya, sudah mendarah daging. Sampai-sampai jin pun mendukung perilaku korupsi tersebut, dengan menghilangkan berkas-berkas kasus korupsi yang tengah diproses secara hukum oleh aparat berwenang.
Faktanya tidak jauh dari itu. Kasus korupsi yang sudah ditangani secara hukum, banyak yang berujung dengan keputusan pembebasan para tersangka di pengadilan. Banyak kasus korupsi yang menguap begitu saja, atau dipetieskan. Jika ada satu anggota sebuah institusi menjadi tersangka kasus korupsi, teman-temannya malah melindunginya, sehingga akhirnya lolos dari jeratan hukum. Kalaupun ada pelaku korupsi yang sampai dihukum penjara, hukumannya terlalu ringan. Tidak sebanding dengan kerugian negara, dan kemiskinan masyarakat Indonesia yang ditimbulkannnya.

SIMPULAN
Berdasarkan percakapan iklan Djarum 76 versi Kontes Jin dapat diambil simpulan bahwa implikatur yang terkandung dalam iklan tersebut adalah kasus korupsi di Indonesia. Hal ini jelas terungkap pada percakapan Jin Indonesia yang mengatakan bahwa Kasus Korupsi hilang. Berarti berbagai kasus korupsi di Indonesia secara lambat laun menghilang tidak dapat diketahui ujung permasalahannya.
Mengacu pada reportoar masyarakat Indonesia yang sama, maka dapat dijelaskan bahwa implikatur iklan Djarum 76 versi kontes jin adalah kasus korupsi di Indonesia tidak memiliki kejelasan secara pasti sehingga masyarakat mulai kesal dengan proses hukum yang berlaku. Disisi lain, pejabat-pejabat bersorak tertawa dengan riang gembira mereka dapat menikmati dengan bebas hasil korupsinya. Dengan demikian, perlunya penegakan hukum yang kuat sehingga peradilan di Indonesia dapat tegak dan dihormati masyarakat Indonesia.






DAFTAR PUSTAKA
Brown, Gillian dan George Yule.1996. Analisis Wacana (edisi terjemahan oleh I. Soetikno). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Mujiyono, Wiryationo.1996. Implikatur Prcakapan Anak Usia Sekolah Dasar. Malang: IKIP Malang.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyono. 1990. Pragmatik Dasar-dasar dan Pengajaran. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Rabu, 14 Maret 2012

Bahasa Indonesia


ANALISIS STRUKTURALISME
NOVEL “JANTERA BIANGLALA”
KARYA AHMAD TOHARI
posted : Eko Setiawan
A.    Tentang Penulis
Jantera Bianglala merupakan novel terakhir dari Trilogi Ronggeng dukuh Paruk dan Lintang Kemukus Dini Hari, yang sangat terkenal di dunia sastra Indonesia. Dalam novel ini penulis mencoba melukiskan dinamika kehidupan ronggeng di desa terpencil, Dukuh Paruk.
Ialah Ahmad Tohari sang penulis novel  yang sudah tidak asing lagi di dunia sastra Indonesia. Ahmad Tohari, dilahirkan di Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas pada 13 Juni 1948. Pendidikan formalnya hanya sampai SMAN II Purwokerto. Namun demikian beberapa fakultas seperti ekonomi, sospol, dan kedokteran pernah dijelajahinya. Semuanya tak ada yang ditekuninya. Tohari tidak pernah melepaskan diri dari pengalaman hidup kedesaannya, yang mewarnai seluruh karya sastranya. Hingga Tohari dikenal sebagai sastrawan yang banyak menuturkan kisah-kisah dari dunia rakyat kecil, dengan latar pedesaan. Ia pernah bekerja di majalah terbitan BNI 46, Keluarga, dan Amanah. Ia juga mengikuti International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat (1990) dan menerima Hadiah Sastra ASEAN (1995).

B.     Sinopsis
Dukuh Paruk menjadi karang abang pada awal tahun 1966. Cukup berpengalaman dengan kegetiran kehidupan, dengan kondisi-konddisi yang bersahaja, kemiskinan, kebodohan sepanjang masa. Peristiwa politik telah menggoncangkan orang-orang Dukuh Paruk kini tinggal puing-puingnya saja. Rumahnya terbuat dari pohon singkong yang ditutupi dengan rumput dan daun pisang kering. Namun ada rumah yang masih tersisa ketika Dukuh Paruk terbakar yakni rumah nenek Rasus. Nenek Rasus kini sakit keras karena rindu dengan cucunya. Rasus sudah lebih dari empat tahun telah meninggalkan Dukuh Paruk. Kini Rasus telah menjadi seorang tentara. Rasus berkirim surat kepada Sersan Pujo, yang menjadi komandan markas perwira urusan territorial di Kecamatan Dawuan. Peristiwa tentang tanah kelahirannya ia ketahui dari Sersan Pujo. Menurut kabar yang disampaikan Sersan Pujo melalui telegram, nenek Rasus masih hidup dan sekarang dalam keadaan sakit. Maka atas izin Sersan Pujo kini Rasus pulang ke Dukuh Paruk.
Suatu saat Srintil yang diidam-idamkan oleh orang-orang Dukuh Paruk pun tiba. Keluarga Sakarya sangat merindukan cucunya itu. Orang-orang Dukuh Paruk pun kembali menjatuhkan pundak-pundak yang berat, bersimbah air mata. Orang-orang Dukuh Paruk kembali berkumpul di rumah Sakarya. Pandangan Srintil tertuju pada anak asuhnya yaitu Goder. Goder adalah anak Tampi yang dipungut dahulu. Mula-mula Goder tidak mau dengan Srintil akan tetapi dengan penjelasan Tampi akhirnya diapun mau ikut dengan Srintil. Bahkan semakin hari semakin akrab dengan Srintil.
Pada tahun 1969 Dukuh Paruk masih tetap miskin dan bodoh. Dukuh Paruk banyak kehilangan ciri utamanya. Tak ada lagi suara calung, ronggeng serta makam Ki Secamenggala yang menjadi anutan tak terawat. Hanya Sakarya yang masih berani berkunjung ke cungkup Dukuh Paruk. Tak seberapa lama Sakarya kamitua Dukuh Paruk pun meninggal dunia. Dukuh Paruk makin lusuh dan ringkih, begitu juga Srintil bintang panggung yang meski telah dicabik-cabik. Dialah satu-satunya tempat bernaung tetapi kehadiran Goder lebih bermakna dalam hidup Srintil. Musim kemarau pun tiba. Ini merupakan kebanggaan bagi Sakum dan anak-anaknya. Karena mereka dapat mencari jangkrik untuk dijual.
Sebaliknya yang terjadi pada Srintil saat itu kedatangan pejabat desa mengantarkan undangan perihal tanah atas nama Goder. Kemudian Srintil dan Goder pergi ke balai desa untuk menerima uang ganti rugi tanah tersebut. Tapi ia menerima paling akhir, saat itu pun ia berkenalan dengan Bajus dari Jakarta.
Seorang anak Dukuh Paruk melihat rombongan para pengukur tanah yang akan mengukur tanah untuk digunakan saluran pengairan dan bendungan. Rombongan tersebut dipimpin oleh Bajus, yang terdiri dari Tamir, Kusen, dan Diding. Pandangannya semua tertuju pada sebuah Dukuh yang tak lain adalah Dukuh Paruk. Kadang-kadang pikirannya tidak mengarah pada sasaran melainkan diarahkan pada seorang perempuan kembang Dukuh Paruk.
Perkenalan Srintil dengan Bajus berlanjut dengan baik. Hal itu terbukti dengan datangnya Bajus ke rumah Srintil. Ini membuat Srintil dalam puncak kebimbangan. Harus bagaimana ia menyambut tamu dari Jakarta.

Februari 1971 Nyai Kertareja dan Srintil berangkat ke Dawuan untuk menghadiri rapat bersama Bajus. Srintil disewakan sebuah hotel sementara Bajus menghadiri rapat. Bajus menunggu seseorang dari Jakarta, yaitu Pak Blengur. Kemudian ketiganya menghadiri rapat. Dalam rapat tersebut Bajus memperoleh proyek yang kecil, sehingga cukup ditangani oleh Bajus saja. Proyek itu berada di Dukuh Paruk. Sepulang dari rapat, Blengur dan Bajus bercakap-cakap mengenai penginapan malam itu dan seperti biasa lengkap dengan wanita penghiburnya. Kemudian Bajus mengeluarkan foto Srintil dua lembar.
Pak Blengur dan Bajus pergi ke penginapan tempat Srintil. Saat itu udara dingin. Blengur ingin mandi dengan air hangat. Akan tetapi tidak ada air hangat. Sehingga ia kembali ke villa. Sepeninggal Blengur Bajus menemui Srintil, agar Srintil mau menolong Bajus. Srintil disuruh menemani Pak Blengur layaknya suami isteri. Srintil terperanjat setengah mati karena perkataan Bajus yang telah banyak menolong dirinya. Bahkan Srintil mulai jatuh hati padanya.
Sementara itu, sudah beberapa tahun Rasus bertugas di Kalimantan. Hari libur pun telah tiba. Semua teman Rasus sudah berbelanja untuk anak isterinya, paling tidak untuk pacar dan keluarganya. Mereka semua sudah merindukan keluarganya. Lain halnya dengan Rasus, ia tidak membeli sesuatu pun karena tidak punya siapa-siapa selain tanah kelahirannya, sehingga ia memilih libur yang paling akhir.
Rasus pulang ke rumah Nyai Sakarya. Dia menjumpai Srintil yang amat menyakitkan hatinya karena Srintil sudah menjadi gila semenjak di hotel bersama Bajus dan Pak Blengur. Bajus tidak mengawininya karena ia telah impoten akibat kecelakaan di Jatiluhur. Segala usaha telah dicoba demi kesembuhan Srintil tapi tak ada hasilnya.
Rasus langsung mendobrak pintu tempat Srintil berada dan melepas segala ikatannya. Tetapi Srintil tidak lagi mengenali Rasus. Kemudian Rasus pulang ke gubuknya dan sholat mendoakan Dukuh Paruk dan Srintil. Pagi-pagi sesaat matahari terbit, Rasus telah berpakaian rapi. Kemudian berangkat ke rumah Srintil untuk memandikannya. Srintil kemudian didandani oleh Nyai Kertareja. Kemudian Srintil dibawa Rasus ke rumah sakit jiwa. Di sepanjang jalan orang di pasar Dawuan dan di dalam bis selalu memperhatikannya.
Sesampai di rumah sakit jiwa, Rasus dimintai keterangan oleh Kepala Bangsal tentang Srintil, Rasus menjawab bahwa Srintil adalah calon isterinya. Demikianlah akhirnya Srintil tidak lagi menjadi ronggeng Dukuh Paruk melainkan telah menjadi perempuan somahan milik Rasus.


C.    Hakikat Pendekatan Strukturalisme
a. Pengertian
            Pendekatan Strukturalisme merupakan pendekatan pada karya sastra yang bersifat otonom. Pendekatan ini tidak mengacu pada hal-hal lain di luar karya sastra. Analisis dipusatkan pada bentuk dan isi karya sastra. Pendekatan strukturalisme memiliki kesamaam metode kerja dengan pendekatan formalisme Rusia dan Pendekatan New Criticsm. Karya sastra sebagai karya yang otonom, tidak berkaitan dengankenyataan, pengarang, maupun pembaca.
b. Hakikat Pendekatan Strukturalisme pada Prosa Fiksi
            Fiksi adalah karya naratif yang bersifat imajiner, tetapi biasanya masuk akal dan  merupakan perpaduan antara kenyataan dan imajinasi. Fiksi yang baik menggambarkan kehidupan yang mengundang simpati pembaca, mengundang tanggapan pembaca, dan mendidik moral pembaca. Fiksi ada 2, yaitu novel dan cerpen.
Atau dengan kata lain pendekatan strukturalisme juga merupakan Unsur intrinsik (objektif)) yang berisi alur, tema, tokoh, dsb; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dsb. Pendekatan kritik sastra jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri. Menurut Menurut Nurgiyantoro dalam bukunya Pengkajian Prosa Fiksi) unsur- unsur intrinsik ialah unsur- unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.


D. Analisis Strukturalisme (Unsur Intrinsik) Novel Jantera Bianglala
1.    Tema
Tema dari novel Jantera Bianglala karya Ahmad Tohari yaitu mengangkat tentang sisi kehidupan Dusun Dukuh Paruk Pecikalan pada masa 1965-an (revolusi orde baru) di daerah Banyumas Jawa Tengah. Tentang bagaimana liku-liku kehidupan ronggeng Dukuh Paruk yang  bersumberkan pada kehidupan masyarakat sekitar pengarang. Cerita dalam novel Jantera Bianglala yang diceritakan secara runtut merupakan suatu cerita nyata yang dialami oleh masyarakat di sekitar tempat tinggal pengarang.

2.    Alur / plot
Susunan alur peristiwa mengikuti urutan alur maju.

3.    Latar
Latar waktu, sosial, maupun tempat dalam novel Jantera Bianglala adalah kehidupan dan kebudayaan Jawa sesuai kebudayaan pengarang. Peristiwa yang diceritakan ini berhubungan dengan keadaan politik pada masa revolusi lahirnya orde baru. Tempat terjadinya cerita di daerah Dukuh Paruk (Banyumas) dan sekitarnya.

4.    Gaya bahasa / diksi
Gaya bahasa dalam novel Jantera Bianglala yaitu banyak perpaduan atau campuran. Pengarang banyak menggunakan bahasa Jawa ditengah-tengah bahasa Indonesia. Ini sesuai kenyataan kehidupan sehari-hari pengarang maupun msyarakat Jawa umumnya.
Adanya panggilan sedulur, kang, sampean, mbakyu, dsb merupakan bukti bahwa penggunaan bahasa jawa masih sangatlah kental. Panggilan-panggilan akrab seperti ini hanya dapat ditemukan di daerah Jawa dan sekitarnya.
Seperti dalam kutipan pembicaraan Rasus dengan orang-orang Dukuh Paruk
“Sedulur-sedulurku semua, apakah kalian selamat?”
“Belum, kang,”
            Atau perkataan sakarya kepada Rasus saat nenek Rasus meninggal.
“Oh, sampean tidak membnagunkan aku ?”.
            Penggunaan bahasa Jawa terdapat pula pada pada kidung yang ditemnbangkan Sakarya sesaat ketika nenek Rasus meninggal. Semuanya bahasanya menggunakan bahasa jawa kuno.
“Wenang sami ngawruhna pati. Wong ngagesang tan wurung palastra. Yen mati ngendi parane benjing, aja nganti kliru. Upama wong aneng dunya, asesangon mangsa wurunga yen mulih. Marang nagri kamulyan”.

5.    Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Jantera Bianglala adalah sudut pandang diaan serba tahu karena sesuai dengan posisi pengarang yang berada di lingkungan budaya ronggeng, sehingga pengarang mengetahui seluk-beluknya. Ahmad Tohari bisa memandangnya dari luar peristiwa dan dia juga bisa terlibat di dalamnya.

6.    Penokohan
Tokoh Srintil dan Rasus adalah tokoh protagonist. Keduanya sama-sama membawa amanat pengarang. Tokoh Srintil sebagai perwujudan budaya yang menjadi sumber masalah oleh pengarang, sedangkan tokoh Rasus merupakan perwujudan pengarang. Pengarang ingin budaya Ronggeng tetap ada dan selalu berkembang, namun semua itu harus disesuaikan dengan norma islam yang ada dan tidak boleh keluar dari ajaran islam.
Srintil adalah tokoh utama dari Jantera Bianglala. Perempuan cantik berperawakan menarik digambarkan sebagai simbol perempuan yang sempurna fisiknya. Nalurinya sama seperti perempuan dusun lainnya. Yang membedakan dengan perempuan dusun lainnya ialah dia seorang ronggeng yang dipandang orang sebagai perempuan penggoda. Dalam cerita, Srintil mengalami tekanan psikologis yang hebat. Ronggeng Dukuh Paruk ini berubah. Dia bukan saja jadi sadar, dia pun menjadi pendiam, menerima apa adanya, pesimistis, jauh berbeda dahulu dengan dahulu yang cenderung periang, penggoda, optimis dalam bertindak. Di akhir ceritera, tokoh Srintil mengalami tekanan psikologis yang luar biasa sehingga menjadi tidak waras.
Rasus adalah seorang tokoh yang pernah memiliki hubungan dekat dengan Srintil saat mudanya dan teman sepermainan di masa kecil. Walaupun dia seorang tentara yang semestinya memiliki sifat kuat, kokoh, jauh dari melankolisme. Tapi ini sebaliknya di balik baju lorengnya sebenarnya dia itu rapuh, hatinya halus.
Juga ada tokoh lain yang juga menguatkan novel ini. Nenek Rasus adalah perempuan tua malang yang menginginkan bertemu dengan cucunya saat ajal menjemput. Sakarya, kakek Srintil yang penyayang, penyabar dan peduli kepada orang lain (tetangga), namun dia tetap tunduk pada nasibnya sebagai rakyat kecil. Nyai Sakarya, istri dari Sakarya yang berarti juga nenek Srintil. Watak dan Karakternya tak jauh beda dari Sakarya.
Sakum, tetangga Srintil berarti juga penduduk Dukuh Paruh, penabuh gamelan saat Srintil naik panggung meronggeng. Jauh dari itu Sakum hatinya bersih dan penyayang walau kedua matanya buta namun dia optimis akan hidupnya. Sehari-hari, bersama ketiga orang anaknya dia berjualan mainan dan jangkrik di pasar Dawuan.
Ki Kertareja, suami dari Nyai Kertareja, yaitu perempuan materialistis yang suka membawa laki-laki untuk Srintil  kasarnya dia mucikari. Tampi, perempuan yang mengurus Goder (anak angkat Srintil) saat Srintil ada dalam tahanan. Goder, anak angkat Srintil.
Sersan Pujo, yang membantu Rasus mencari kabar tentang neneknya di Dukuh Paruk. Masusi, laki-laki duda hidung belang yang penasaran pada kemolekan Srintil. Darman, aparat kepolisian yang membantu maksud dan tujuan Marsusi kepada Srintil demi satu truk kayu bakar.
Diding, kacung Tamir yang tunduk dan patuh pada majikan demi uang yang akan di bawanya pulang untuk anak istrinya. Tamir, laki-laki hidung belang yang datang dari kota Jakarta dalam pekerjaannya pengukuran tanah untuk pembuatan jalan di Dukuh Paruh-Pecikalan. Dia seorang laki-laki petualang perempuan yang patah hati oleh Srintil. Bajus, bujang tua yang baik kepada Srintil namun jauh dari perkiraan. Srintil sempat akan dijadikannya umpan demi proyek/tendernya lolos. Kusen, rekan kerja Tamir, Diding dan Bajus.
Pak Blengur, bos besar pemegang tender pembuatan jalan, jembatan dan gedung bupati (majikan Bajus). Lelaki petualang cinta dari satu perempuan ke perempuan lainya namun terketuk hati dan kesadarannya karena Srintil.
Lurah Pecikalan (kepala desa), bijaksana dan peduli akan penduduknya. Kepala Bangsal Rumah Sakit Jiwa, orang yang menerima Srintil saat masuk ke rumah sakit jiwa. Babah Gemuk, orang yang membagikan uang ganti rugi kepada masyarakat Dukuh Paruk karena terkena gusuran pembuatan jalan.

7.    Amanat
Amanat dalam novel Jantera Bianglala yaitu manusia hendaknya selalu mawas diri dan teguh, karena kehidupan yang ada pada manusia itu selalu menutur ke arah perubahan yang baik. Sesuatu yang berharga dan bernilai moral tidak bisa di dapat dengan cara mudah. Tidak cukup dengan niat baik tapi juga lebih dalamnya adalah aplikasi dalam kehidupan yang harus diwujudkan, intinya harus berusaha. Tak juga dilupakan bahwa manusia hanya dapat berencana yang lainya Tuhanlah yang menentukan, kita wajib bertawakal.


Selasa, 17 Januari 2012

 
Potensi Kabupaten Wonogiri 
posted : Eko Setiawan  
Wonogiri adalah sebuah daerah kabupaten di Jawa Tengah. Dalam bahasa jawa Wonogiri yang ditulis dengan wanagiri, secara harfiah wana berarti hutan dan giri adalah gunung. Jadi dapat disimpulkan bahwa Wonogiri merupakan hutan di gunung. Secara geografis lokasi Wonogiri berada di bagian tenggara Provinsi Jawa Tengah. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, bagian selatan langsung di bibir Pantai Selatan, bagian barat berbatasan dengan Wonosari di provinsi Yogyakarta, Bagian timur berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan. Ibu kotanya terletak di Wonogiri Kota. Luas kabupaten ini 1.822,37 km² dengan populasi sekitar 1,5 juta jiwa.
Saat ini Wonogiri telah dipimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati yaitu Dhanar Rahmanto dan Yuli Handoko dengan masa jabatan 2010 sampai 2015. Selain itu, Wonogiri juga memiliki semboyan Wonogiri Sukses yakni kepanjangannya adalah Stabilitas, Undang-undang, Koordinasi, Sasaran, Evaluasi, dan Semangat Juang. Bila kita lihat, banyak sekali potensi yang dapat ditunjukkan serta dikembangkan dari Kabupaten Kota Wonogiri. Dari bidang Pariwisata, Kerajinan, Makanan Khas, serta Kesenian daerah Wonogiri.
Pariwisata yang dapat ditunjukkan dari Kota Kabupaten Wonogiri sangat banyak. Hampir disetiap kecamatan memiliki obyek wisata yang tidak kalah menarik dibandingkan dengan kota lain selain Wonogiri. Wisata Waduk gajah mungkur, terhampar diatas wilayah bebatuan cadas, merupakan danau buatan yang diresmikan keberadaannya pada tahun 1978, dengan resminya ribuan desa ditenggelamkan di Kabupaten Wonogiri, yang oleh karenanya ‘sitiung’ kebanjiran imigran ‘bedol desa’. Gajah mungkur telah memberi kehidupan pada masyarakat disekitarnya dalam banyak representasi. Mulai dari berlimpahnya energi listrik tenaga air, kekayaan delta pada daerah aliran sungai yang dimanfatkan sebagai ladang kagetan pada musim surut, kekayaan ikan air tawar yang dimulai penyebaran satu juta ekor benih oleh mantan Presiden RI ke-2 yakni Soeharto. Karena beliau besar di satu kecamatan, bernama Wuryantoro bersama Sudwikatmono. Bahkan, kemudian di organisasikan sistem pembenihan dan pemeliharaan ‘karamba terapung’ yang pada akhirnya membuahkan sebuah restoran terapung ‘karamba terapung’ yang mengkhususkan pada menu ikan air tawar saja ( wader dan sogo/sogol), belum lagi kesenangan lain seperti olahraga air yang berada di taman waduk gajah mungkur yang selalu ramai ruah saat liburan anak sekolah dan lebaran, atau olahraga gantole yang setiap tahun, kompetisinya diadakan di salah satu perbukitan tertinggi di sisi waduk ini.
Selain Waduk Gajah Mungkur, terdapat Wisata air juga yakni air terjun Setren. Air Terjun Setren merupakan obyek wisata pilihan yang tidak kalah menariknya dengan Air Terjun Tawangmangu, terletak di Kecamatan Slogohimo kurang lebih 30 Km arah timur Kota Wonogiri menuju Ponorogo (Jawa Timur). Pemandangan yang masih alami dengan panorama perbukitan dan air terjun, agrowisata sangat tepat untuk wisata kalangan muda-mudi dan para pecinta alam. Potensi alam pegunungan menjadi salah satu sumber penghasil devisa domestik, yakni air terjun Girimanik yang berada di Desa Setren. Daerah ini bisa dikatakan menyerupai daerah Tawangmangu, Karanganyar, cuma daerah Setren belum begitu dikenal oleh masyarakat luas. Namun, jika ditilik dari kondisi alam, keindahan dan kesejukannya sama dengan wilayah Tawangmangu yang dingin. Di wisata alam Girimanik terdapat tiga air terjun, yakni air terjun Manikmoyo, air terjun Condromoyo, dan air terjun Tejomoyo. Daya tarik fisik berupa pemandangan alam pegunungan yang asri dan alami, menjadikan air terjun tersebut bisa jadi andalan pengembangan pariwisata. Karena dilengkapi dengan Sendang Drajat dan Sendang Kanastren sehingga menjadi daya tarik tersendiri.
Oleh karena itu, sejak tahun 2000, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mencoba mengembangkan wisata alam pegunungan air terjun Girimanik. Alasannya, daerah pegunungan Girimanik jika dikembangkan secara maksimal akan mampu menghasilkan pendapatan asli daerah.
Kabupaten Wonogiri merupakan satu-satunya Kabupaten/ kota di wilayah Surakarta yang memiliki pantai. Pantai Nampu dan Sembukan terletak di Kecamatan Paranggupito kurang lebih 40 Km arah selatan Kota Wonogiri. Pantai Sembukan terkenal sebagai pantai ritual yang ramai dikunjungi orang untuk bermeditasi dan ngalab berkah. Pantai Nampu sangat elok dan alami dengan hamparan pasir putih dan pantai yang sangat panjang cocok untuk rekreasi keluarga dengan minuman kas air kelapa muda. Disamping pantai Nampu juga tidak kalah eloknya adalah pantai sembukan yang jaraknya dari Kantor Kecamatan Parnggupito kurang lebih berjarak 3,5 km, juga pada waktu-waktu tertentu diadakan acara larung yang juga dilanjutkan dengan acara wayangan. Jika ingin berwisata di pantai sembukan jangan lupa membawa kail karena disana banyak orang yang mengail mencari ikan sambil menikmati indahnya pemandangan alam laut yang menawan. Wonogiri kaya akan wisata ritual, karena menurut sejarahnya wonogiri didirikan oleh RM. Said (Pangeran Sambernyowo/ Mangkunegoro I). Salah satu petilasan RM.Said adalah Dlepih/ Khayangan yang terletak di Kecamatan Tirtomoyo kurang lebih 25 Km arak ke selatan Kota Wonogiri, sebagai wisata ritual banyak dikunjungi orang untuk meditasi dan ngalab berkah pada malam Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon.
Adanya Obyek Wisata Alas Kethu yang terletak ditengah-tengah jantung Kota Wonogiri dengan panorama hutan jati, mahoni dan kayu putih seluas kurang lebih 40 Ha sebagai Rencana Pengembangan Wisata Pelangi Dunia. Alas Kethu sangat cocok untuk shoting pembuatan film dan sinetron laga, karena dekat dengan keraton Surakarta dan Mangkunegaran. Wonogiri sejak tahun 2007 mempunyai museum baru. Namanya adalah Museum Karst Indonesia. Letaknya di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, 45 km di selatan kota Wonogiri. Museum ini menggambarkan khasanah karst dengan keunikan goa-goa di Pracimantoro. Di sana terdapat Gua Tembus, Gua Mrica, Gua Sodong, Gua Potro, Gua Sapen, Gua Gilap, dan Gua Sonya Ruri. Berdasarkan penelitian para ahli sejarah dan geologi, kawasan gua-gua di Pracimantoro Wonogiri layak dijadikan sebagai situs Kawasan Karst yang unik di Indonesia. Kawasan karst di Pracimantoro dinilai terbaik oleh para ahli sejarah dan geologi karena telah memenuhi kriteria keberagaman gua-gua, struktur lapisan tanah, dan panorama alam yang khas. Kawasan karst di wilayah ini dinilai lebih baik daripada kawasan karst yang ada di Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Gunung Kidul.
Beranajak ke makanan khas, Wonogiri juga tidak kalah banyaknya. Kota yang sering disebut kota Gaplek ini juga memiliki beragam makanan khas, salah satunya tiwul. Nasi Tiwul terbuat dari ketela pohon yang sudah dikuliti kemudian dijemur, baru setelah kering dilembutkan dan dimasak menjadi nasi tiwul. Terdapat juga Kacang Mede adalah makanan yang berasal dari biji buah Jambu Mede (Jambu Mete) yang memang banyak terdapat di wilayah Wonogiri. Emping adalah makanan yang berasal dari biji buah Melinjo. Biji buah dikupas, lalu ditumbuk sampai berbentuk lempengan kecil. Kedua jenis makanan ini disajikan setelah terlebih dahulu digoreng sampai kecoklatan. Ditambah dengan yang tidak kalah unik Cabuk merupakan makanan yang berasal dari biji Wijen yang dicampur dengan bumbu masak. Berbentuk pasta, warna hitam, terbungkus daun pisang. Sebagai tambahan tentang makanan khas yang disebut "Cabuk", akan lebih nikmat apabila disantap bersama-sama dengan "Gudangan" yaitu makanan yang berupa sayur-sayuran yang telah direbus dan dicampur dengan sambal dari parutan kelapa.
Selain itu, juga ada makanan dari singkong yang disebut "Pindang", ini berasal dari tepung singkong yang dimasak dengan daging kambing, yang terkenal di Kecamatan Ngadirojo. Saat pagi hari juga sering dapat dijumpai Kue Serabi di beberapa tempat di dekat Pasar Kota Wonogiri dan tempat lainnya di berbagai kecamatan di wilayah Wonogiri. Makanan khas lain adalah Bakso dan Mie Ayam Wonogiri yang memiliki citarasa khas, oleh sebab itu di Jakarta banyak sekali Tukang Bakso atau Mie Ayam dari Wonogiri. Mie Ayam yang terkenal adalah Mie Ayam Pak Sabar, Mie Ayam Pak Brewok, Mie Ayam dan Bakso Mas Bentoel. Bakso yang terkenal Bakso Gajah Mungkur dan Bakso Titoti.
Selain itu pada malam hari, banyak juga pedagang makanan lesehan yang tersebar sepanjang jalan-jalan di Wonogiri, dengan beraneka jenis makanan yang terkenal antara lain seperti Gudeg & Nasi Liwet Bu SAMAN GI (depan toko Baru), Mie Rebus Jawa Pak BAGONG (terminal lama), Cap Cay depan Gereja GKI. Pusat jajanan khas Wonogiri ada di dekat kantor Kecamatan Selogiri, kurang lebih 5 km dari pusat Kota Wonogiri ke arah Kota Surakarta. Di pusat Kota Wonogiri, terdapat beberapa toko yang menyediakan makanan khas, salah satu di antaranya adalah Toko Sari Roso. Selain itu, oleh-oleh khas Wonogiri juga bisa diperoleh di kios-kios yang banyak terdapat di pasar Wonogiri, salah satu yang cukup banyak dikunjungi pembeli adalah kios Bu Darmo.
Beralih ke kerajinan tangan di kota Kabupaten Wonogiri, juga terdapat berbagai kerajinan tangan. Kerajinan lukis kaca dan tatah sungging Di Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran. Disana merupakan pusat pembuatan wayang kulit yang sudah diakui oleh negara, karena mampu menembus pangsa pasar dunia. Sehingga mampu meningkatkan komoditas ekspor bangsa Indonesia. Selain itu juga terdapat kerajinan tangan mengenai Batu mulia/ batu aji di Kabupaten Wonogiri memiliki tingkat kekerasan 3 sampai 4 SM sehingga mudah dibentuk perhiasan seperti : cincin, giwang, leontin, kalung, gelang dan lain-lain. Kemudian terdapat juga Produsen Ubibam Sri Giri Sejati yang berlokasi di Jalan Raya Giriwoyo Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri. Selanjutnya adalah kerajinan Sangkar Burung. Sentra kerajinan Sangkar Burung terletak di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. Model sangkar cukup beragam dan kontemporer, dengan kapasitas produksi 100 buah/ bulan.
Lalu bertolak pada kota Surakarta yang bergema dengan kota batik, Wonogiri juga memiliki kerajinan Batik Tulis/ Cap. Sentra Batik Tulis/ Cap terdapat di Desa Tirtomoyo Kecamatan Tirtomoyo dengan batik khas wonogiren. Ditambah dengan kerajinan tangan kecil-kecilan seperti pembuatan gerabah, anyaman dari bambu (gedhe’k), caping dan lainnya yang masih belum teridentifikasi. Kerajinan yang menjadi unggulan adalah kerajinan akar wangi, lampu hias, anyaman bambu, serta karya kaligrafi. Karena berbagai kerajinan tersebut mampu menembus pasaran berbagai negara di Timur Tengah. Sehingga produk-produk itu menjadi komuditas ekspor dari kota Wonogiri. Oleh karena itu, Pemerintah Wonogiri sudah merencanakan suatu pelatihan yang dapat meningkatkan produksi kerajinan-kerajinan yang mampu menembus ke pasar dunia.